
Skuad Real Betis merayakan gol Antony (tengah) ke gawang Fiorentina di semifinal Conference League, Jumat (09/5/2025). (c) Marco Bucco/LaPresse via AP Photo
Bola.net – Real Betis tinggal selangkah lagi menciptakan sejarah yang belum pernah mereka capai sebelumnya. Final Conference League 2024/2025 menghadapkan mereka pada lawan tangguh, Chelsea, dalam duel di Stadion Wroclaw, Polandia, Kamis, 29 Mei 2025, pukul 02.00 WIB. Ini akan menjadi final Eropa pertama bagi klub asal Sevilla tersebut.
Betis datang bukan sebagai unggulan, tapi bukan berarti tanpa harapan. Di bawah komando Manuel Pellegrini, mereka membawa optimisme dan kepercayaan diri tinggi. Kombinasi pemain berpengalaman dan taktik matang membuat mereka pantas berdiri di panggung ini.
Pertandingan nanti bukan sekadar laga besar, tapi juga tentang identitas dan harga diri klub. Betis bukan hanya ingin bermain baik, tapi juga ingin pulang membawa trofi Eropa yang selama ini hanya bisa mereka impikan.
Isco: Simbol Kualitas dan Harapan Betis
Salah satu kunci kekuatan Betis ada pada sosok Isco. Mantan bintang Real Madrid itu menjadi simbol kualitas dan harapan Betis, dengan lima gelar Liga Champions dalam kariernya. Kini, di usia 33 tahun, dia ingin memberikan mahkota Eropa kepada klub yang lebih sederhana, tapi penuh semangat.
Di lini depan, Cedric Bakambu masih menjadi andalan utama. Meski telah berusia 34 tahun, insting golnya tak luntur—tujuh gol di Conference League musim ini menjadi bukti. Ketajamannya bisa jadi pembeda dalam pertandingan yang kemungkinan berjalan ketat.
Pablo Fornals melengkapi trio pemain berpengalaman Betis. Dia tahu betul rasanya juara Conference League bersama West Ham. Dengan mereka di lapangan, Betis tak hanya punya pemain, tapi juga pemimpin yang tahu bagaimana caranya memenangkan laga besar.
Pellegrini vs Maresca
Manuel Pellegrini bukan sosok asing dengan sepak bola Inggris. Dia pernah mengangkat trofi Premier League bersama Manchester City dan melatih West Ham. Menariknya, pelatih Chelsea saat ini, Enzo Maresca, pernah menjadi asistennya di sana.
Kini, Pellegrini dan Maresca akan bertemu lagi, tapi dalam posisi berseberangan. Ini bukan lagi soal hubungan personal, tapi duel dua pelatih dengan filosofi dan pengalaman berbeda. Kecerdikan Pellegrini dalam membaca pertandingan akan sangat diuji.
Pellegrini dikenal tenang dan taktis. Karakter ini menular ke skuad Betis yang bermain dengan sabar dan efisien. Dalam laga sebesar final, kualitas ini bisa menjadi pembeda di tengah tekanan yang tak main-main.
Kualitas di Tiap Lini Real Betis
Label bukan unggulan tak membuat Betis kehilangan keyakinan. Di lini belakang, Natan menjadi sosok penting dengan jumlah menit bermain terbanyak di turnamen ini. Keberadaannya memberi kestabilan dan ketenangan pada barisan pertahanan.
Lini tengah Betis juga solid. Isco menyumbangkan kreativitas, sementara Fornals memberi keseimbangan dengan kerja keras dan ketepatan posisi. Keduanya tahu kapan harus menyerang dan kapan harus menahan bola untuk mengontrol ritme permainan.
Di sisi sayap, Antony—pemain pinjaman dari Manchester United—menjadi ancaman nyata. Dia sudah mencetak sembilan gol dan lima assist, menunjukkan peran vitalnya. Sementara itu, Bakambu tetap menjadi ujung tombak yang siap memanfaatkan setiap peluang yang datang.
Betis: Juara di Final Perdana?
Final ini bukan hanya tentang trofi, tapi juga tentang cerita. Betis yang selama ini dipandang sebagai tim kuda hitam kini punya kesempatan menulis sejarah emas. Trofi di Wroclaw bisa menjadi penanda era baru dalam perjalanan mereka.
Chelsea memang lebih berpengalaman, tapi bukan berarti tak bisa dikalahkan. Betis punya mentalitas petarung, pelatih berpengalaman, dan pemain-pemain dengan sejarah panjang di kompetisi Eropa. Mereka tahu ini momen yang tak boleh disia-siakan.
Dari kota Sevilla ke Wroclaw, Betis membawa mimpi ribuan pendukung mereka. Jika semua elemen berpadu sempurna, bukan tidak mungkin mereka pulang sebagai juara dan mengukir nama di sejarah sepak bola Eropa.
Comments